Tuesday, November 6, 2012

Bumi Nurista . . .



Bismillahirrahmaanirrahiim.................
Yaa Allah, Rabbanaa, Yang Maha Mengatur setiap urusan makhluknya, sejeli dan serapi-rapinya...
Atas kehendakMu, dengan izinMu, aku di sini..
Bersama dekapMu aku bertahan, dalam perjuangan yang tak semudah kubayangkan....
Meski tak seindah yang pernah ada dalam angan...
Yaa Rabb, inilah jalan yang harus kutapaki...
Meski berliku, sekedip pun jangan pernah Engkau biarkanku mengeluh...
Sejengkal pun, kumohon jangan Engkau tinggalkan aku dalam peluh tak terbasuh...

Meski tertatih letih, kuingin perjuangan ini tak terhenti sampai di sini,
Tak ingin terhenti, kecuali Engkau kehendaki persenyawaan jasad dan ruh ini kembali....

Aku di sini untukmu,
Tengaran, sambut aku dalam bingkai zuhud dan manis iman....




Monday, November 5, 2012

"Lembar Surat Sakti"




SURAT SAKTI ..... Ya, tanpa surat ini seolah-olah manusia hilang digdaya. Bagaimana tidak........?
Dua, tiga, empat, lima, bahkan puluhan tahun bergelut dengan buku-buku pelajaran sekolah, akan menjadi percuma tanpa selembar surat yang konon lebih sakti dari surat wasiat ini. Ironis memang, selembar kertas dijadikan bukti di mana seseorang pernah mengecap madu dan empedu pendidikan. Tak sebanding bukan? Dengan segenap pengorbanan, tenaga, pikiran, dan biaya. Sahabat, coba bayangkan berapa yang harus Ayah Ibu keluarkan untuk membiayai pendidikan kita.....?

               Alhamdulillah ‘alaa kulli haal, saya mencoba postingkan mengenai ijazah versi saya sendiri tentunya, di laman sederhana saya ini. Nah, berkaitan dengan ijazah alhamdulillah saya pernah mendapatkannya di sekolah formal (ijazah sudah pernah saya dapatkan, yang belum dapet hanya ****sah, ^___^) ga ahsan, kalau dibahas di sini yak....? ‘afwan...
Khoirunnaas anfa’uhum linnaas....... bismillah, dari raga yang tidak kekal ini semoga membawa manfaat bagi hamba Allah yang lain. Allah karuniakan kekurangan dan kelebihan pada masing-masing hambaNya. Tiada lain untuk bersyukur kepadaNya, So................... Hayya nasykur ilallaah...!!!

               Teringat salah satu sahabat di dunia Virtual, temen ngeblog yang sudah saya anggap Adik sendiri meski belum pernah bertatap muka sama sekali.  Arek Malang, yang juga Aktivis Dakwah Kampus FKM UNAIR Surabaya (Ukht. Khalifatun Nisa, bismillah kita agendakan Silaturahim di Solo..... fil yaumul ‘Uthlah, nishfu Juli, biidznillaah......)      Dek Nisa sering share tentang pernak-pernik perjuangan dakwahnya di kampus. Aku sematkan satu pesan di kuncup hatinya, “Perjuangan akan terasa lebih manis ketika kita mampu membingkainya dengan niat ikhlash Lillaahi Ta’aalaa....” Subhanallah, indahnya ukhuwah kami.... Dek Nisa salah satu sahabat yang tiada bosan menyemangati saya dalam perjalanan hidup yang teramat singkat ini (dan saya tak tau sampai kapan berakhirnya). Memberikan semangat juang  dalam “Ad-Da’wah bil Qolaam(maklumlah....... saya bukan Aktivis Dakwah Kampus, sekolah, kampung, kota, desa, nasional, maupun aktivis dakwah internasional ^__^ Dengan setetes tinta, semoga mampu menggerakkan sejuta manusia untuk berpikir dan kemudian berbuat kebaikan. Meski hanya sebatas tulisan, semoga bermanfaat, terlebih untuk sahabat semua, walhamdulillaah........)

               Ya, sudah tahun kedua aku menemani sahabat-sahabat belajar di sekolah ini. Kedua kalinya pula aku diamanahi menuliskan “surat sakti” mereka. Bismillah, dengan lima bendel nilai, yang terdiri dari Nilai Sekolah, Nilai Akhir, nilai Ujian Nasional, dan nilai Muatan Lokal yang harus diisikan pada form ijazah, cukup menantang ketelitian dan kejelian mata tentunya.

               Kugoreskan dengan pena mujahadah, satu persatu nilai yang mereka peroleh dengan mujahadah pula, insyaallah.. Tiap goresan pena pun, kusematkan harapan pada mereka nantinya. Mudahan Allah senantiasa meridloi tiap jengkal langkah mereka dalam mencari keberkahan ilmu. Amien..

Malam, ketika bergelut dengan kesibukanku menulis surat sakti itu, tiba-tiba penaku terhenti, kedua tanganku kaku, sama sekali tak bisa kugerakkan........ Sama sekali tak bisa sahabat...... Mulutku terkatup rapat sekali..... Sekujur tubuhku kaku tak berdaya. Kedua bola mata perlahan-lahan tertutup tanpa sekalipun kuminta. Dan sebelum segalanya menjadi gelap berjelaga, dengan sisa tenaga yang kumiliki kulihat surat-surat sakti itu berceceran di lantai, ya................. BERSERAKAN..... tertiup angin........ dan lembab oleh lantai yang mengembun. Seketika pula, surat-surat sakti itu kotor, basah... Yaa Rabb.............. tanganku yang kaku tak kuasa menyelamatkan surat-surat itu.... Satu pun tak ada yang dapat kuselamatkan............

Hawa dingin yang khas dan temaramnya langit Tengaran semakin membiarkanku dalam kesendirian. Segalanya menjadi gelap, Yaa Rabb...... bagaimana aku mempertanggungjawabkan semuanya ini.............? Sedangkan badanku roboh dan tersungkur mati.......... Aku tak bisa bangun lagi........

Malam itu, aku masih berada dalam ruangan bekas kamar yang dipakai sahabat belajar selama kamar baru belum selesai dibangun. Masih kuingat, tadi siang mereka sibuk mengemasi barang-barang untuk pindah ke kamar yang baru. Tinggallah aku bersama sisa-sisa buku yang berserakan di lantai, piring, gelas, baju tak terpakai, alat mandi, dan almari yang pintunya menganga tanpa kunci pemiliknya. Aku memang lebih suka menikmati malam-malamku dalam kesendirian, bersama satu dimensi yang tak kubiarkan satu orang pun mengetahui.....

Semakin senyap sahabat............ tengah malam aku tersungkur dalam kesendirian............ Lalu angin berdesir menyayat keheningan............ Tiba-tiba badanku yang mati kaku terangkat oleh sebuah pusaran angin, yang aku sendiri tak tahu dari mana asalnya.....
Seperti terbang bersama kumpulan awan putih di langit yang menggamit, pusaran angin membersamaiku, membangunkanku, dan mengangkat tubuhku, mengajakku melihat kembali seisi ruangan yang kupakai untuk menyelesaikan tugasku menulis surat-surat sakti itu.

Aku kembali bertenaga, perlahan-lahan mataku terbuka, kedua tangan pun dapat kukepalkan kembali. Badanku pun terasa lebih ringan, sepertimana awan yang menari-nari di antara bianglala dan pesonanya. Kudongakkan wajahku dan kubiarkan mata terbelalak menyisir seisi ruangan, masih kudapati surat-surat sakti itu berserakan di lantai....... kotor dan basah...  Yaa Allah...... “Bagaimana aku harus mempertanggungjawabkan semua ini, di hadapan anak-anak yang menanti surat sakti ini dengan penuh pengharapan, bagaimana harus menjelaskan kepada puluhan orangtua mereka, yang menanti surat sakti ini dengan penuh keharuan, bagaimana aku harus mempertanggungjawabkan semua ini dihadapMu Yaa Rabb.....? Sedangkan ini amanah .....?” Aku berteriak dalam nada setengah putus asa..... Lalu aku menangis sejadi-jadinya, meski mungkin serangga khas Tengaran menertawakanku dari balik rimbun bambu yang dicumbu sang bayu........

               Pyaaaaaaarrrrrrrrr........ suara nyaring itu berhasil buyarkan lamunanku, lalu segelas susu tumpah mengenai kakiku. Ya, segelas susu kesukaanku yang sengaja kubuat untuk menemaniku begadang malam ini tiba-tiba tumpah. Alhasil kakiku kepanasan. Nastaghfirullaah....... ternyata sedari tadi aku disibukkan oleh kebiasaanku. Berkontemplasi dalam imajinasi. Ya, aku menghayal tak karuan............ Satu dimensi mengajakku menari-nari di antara keping semangat yang kian tersengat penat.....

               Selepas itu, kulihat dengan saksama surat-surat sakti yang ternyata masih tertumpuk rapi dan menanti diisi. Kulanjutkan kembali tugasku, ditemani hawa dingin dan serangga khas Tengaran yang selalu setia tanpa kuminta. Sempat aku mencari-cari pusaran angin yang membawaku terbang tadi, pun tak ada sama sekali........... (ya jelas ga ada,  lah itu Cuma imajinasi saya.......... ^___^)

               Second Line (semoga saya tak keliru menyebutnya), pernah membersamai kalian dalam indahnya surga pendidikan adalah satu dari sekian kebahagiaan yang pernah saya rasakan...

Bumi Tengaran dan Harapan

                                                www.ypisabilulkhoirot.com

Bismillahirrahmaanirrahiim......................
Allah Sang Maha Memungkinkan segala sesuatu yang pernah kuanggap tak mungkin....
Subhanallah, bumi Tengaran merubah suasana hidup, menjadi benar-benar hidup. Berharap perubahan ini akan menjadikanku insan yang lebih baik. Biidznillah......
Sekali lagi, Allah Maha Memungkinkan segala sesuatu yang pernah kuanggap tak mungkin.

Masih berpijak teguh pada bumi keyakinan......
Allah Sang Maha Memungkinkan segala sesuatu yang pernah kuanggap tak
mungkin……
Rabb Yang berhak memudahkan segala macam kesulitan hamba yang enggan
menyerah pada nasib……
Kulangkahkan kaki kecilku menapaki terjal perseteruan hatiku sendiri,
antara “ya” atau“tidak”,
antara “takut” atau “berani”,
antara “menang” atau “kalah”,
antara “maju” atau“mundur”.
Mimpi-mimpi malam meyakinkanku untuk mampu melawan kata “tidak”,
“takut”
“kalah” dan “mundur”.
Mimpi-mimpi malam mampu merangkulku dalam indahnya kata “ya”, “ berani”,
“menang”, dan “maju”.
Berbekal  ghirah wujudkan impian kecilku, kutampar kepengecutanku dengan segenggam Keyakinan......
Akan kubuktikan bahwa aku bukan hamba yang mudah menyerah........
Aku bukan hamba yang takut pada ngilunya kegagalan........
Aku tak mau disebut hamba pengecut yang takut pada ngerinya maut......

Yang Maha Tak Tidur.....
Yang Maha Tak Buta.....
Yang Maha Tak Tuli.....
Menyaksikan persenyawaan jasad dan ruh ini bertekad mengubah mimpi menjadi  nyata,
mengubah mendung menjadi pelangi.....

Di bumi Tengaran kuawali segalanya dengan azzam kesungguhan.....
Mimpi, harapan, angan, dan masa depan kutangguhkan di sini.....